Jumat, 28 Oktober 2011

Disuatu hari yang biasa

Cerita sederhana ini berhasil membuahkan rasa syukur yang luar biasa, bukan hanya bagi yang mengalaminya tetapi juga aku dan orang-orang diluar sana yang mendengarnya..

Disuatu hari yang biasa.
Seorang perempuan berumur 22 tahun menelusuri lorong-lorong perpustakaan utama Universitas Sriwijaya, tempat dimana dia menjalani pendidikan sarjananya. Dia melangkah dengan gerakan yang tidak cepat, matanya terus menyapu buku-buku yang tersusun rapi di rak-rak yang sejajar. Namun dia tak jua menemukan buku yang dicarinya. Waktu menunjukan pukul 16.50, ini berarti perpustakaan akan segera tutup dalam waktu kurang dr 10 menit lagi. Dia lelah, pikirannya kosong dan dia sendirian saat ini, sahabatnya Riza yang tadi bersamanya izin untuk pulang terlebih dahulu setelah dia meminta Nazopa untuk pulang bersamanya sebelum itu. Bukan hanya buku-buku  yang tidak dapat dia temukan saja yang mencarut marutkan pikirannya saat ini, tetapi banyak hal lain yang harus dia pendam tanpa harus seorangpun tahu. Sungguh dia lelah, lelah..
"Dek, perpusnya udah mau tutup, kamu gak pulang?" seseorang menyadarkannya dari lamunan. Dia beranjak dari kursi yang didudukinya seraya menatap seseorang yang menyapanya tadi namun tetap tidak bersuara..

***
Pukul 19.15 WIB.
Rumah itu penuh dengan kegelisahan, keluarga kecil yang masih lengkap itu resah. Seorang ibu dengan kerutan di dahi tak dapat menutupi perasaan khawatir terhadap anaknya yang belum pulang juga saat itu. Sang ibu tahu, ini sudah terlalu malam untuk anaknya yang meminta restu untuk pergi ke kampus pagi tadi. Anaknya tak pernah seperti ini sebelumnya, dia akan memberi kabar jika akan telat pulang. Tapi kali ini, handphone nya tak aktif dan tak ada kabar sama sekali. Sang kakak yang sedari tadi tak berhenti mondar-mandir di beranda rumah, tidak berhenti menelpon nomor yang sama, berharap suara sang adik dapat dia dengar dalam waktu sesegera mungkin, namun harapannya sia-sia, yang dia dengar hanya suara operator saja.
Waktu terus berjalan, pukul 21.00 keresahan semua anggota keluarga memuncak. Nazopa belum juga pulang. Mereka telah menghubungi rekan-rekan Nazopa, tetapi satupun tak ada yang mengetahuinya. Bahkan, sang kakak telah mencarinya ke lingkungan kampus yang sudah mulai sepi dan gelap. Kali ini bukan hanya anggota keluarga yang mulai berfikiran negatif, tetapi rekan-rekan Nazopa juga.
Berita Nazopa hilang dengan cepat menyebar dalam waktu kurang dari 24 jam, via facebook, twitter dan account-account lainnya. Nazopa, dimana kamu...

***
3 hari berlalu..
Rasa khawatir orang-orang terdekat Nazopa tidak sedikitpun berkurang. Perempuan itu belum pulang juga. Kini dicampuri dengan rasa heran ketika teman-teman kuliah Nazopa mencoba melacak nomor handphonenya dan diketahui berada di daerah Bandar Lampung. Apa yang dilakukannya disana? pikir semua orang. Apakah ada orang yang menculik dan berniat jahat kepadanya? lantaran banyak sekali berita yang beredar mengenai penculikan mahasiswa yang kemudian dilakukan pencucian otak oleh suatu oknum yang mengakui dirinya NII pada saat itu. Namun mereka tidak menyerah, usaha untuk segera menemukan Nazopa terus dijalankan. Dimulai dengan melaporkan kehilangan kepada pihak kepolisian, penyebaran foto, serta pemberitaan lewat media komunikasi pun telah begitu luas. Nazopa pergi tanpa rencana, tanpa persiapan, tiada perlengkapan apapun yang dibawanya selain apa yang dipakainya saja,
Sampai akhirnya, tengah malam itu, handphone sang kakak berbunyi. Ada pesan singkat yang masuk dari nomor adik tercintanya.
"Aku baik-baik saja jangan khawatir, jangan mencariku, lakukan apapun seperti biasa saat aku ada dirumah, aku tidak ikut NII"
Perasaanya campur aduk ketika membaca pesan singkat itu, sedikit lega namun bertambah khawatir ketika ditekankannya pada kata-kata terakhir adiknya dalam pesan itu "aku tidak ikut NII". Karna perlu diketahui bahwa tidak ada seorangpun yang bertanya secara langsung padanya apakah dia ikut atau tidak mengikuti perkumpulan itu. Ya, itulah yang dikhawatirkan, khawatir Nazopa dilarikan seseorang untuk kemudian dimanfaatkan dalam hal yang sama sekali tidak baik seperti yang telah banyak beredar saat ini. Orang-orang di Dunia ini semakin tidak rasional. Kejahatan bukan lagi menjadi sesuatu yang memalukan bagi yang melakukannya.
Sang kakak dengan sigap menekan tombol-tombol di handphonenya untuk menghubungi sang adik, namun yang didapat hanya kekecewaan. Nomor yang dia tuju kembali dalam keadaan tidak aktif.

***
6 hari berlalu..
wall post dari akun facebook perempuan itu penuh, semakin banyak orang bertanya-tanya tentang hilangnya dia secara misterius.

"sahabat itu selalu ada, walau tak selalu ia menghapus air mata dan tak selalu di samping. jop aku baco dindingmu caknyo lagi banyak masalah. aku doakan semoga segera selesai masalahnyo. seberat apapun masalah itu. tetap Ada Allah yang meringankan. ingatlah Tuhan kita tak pernah membebani kita melebihi batas kesanggupan kita. jop, keluarga menanti kepulanganmu...




sahabat yang tak selalu purnama...


sahabat yg tak selalu ada di kala kau sedih

sahabat yg tak disampingmu...
(pipit)"



najop sayang,, apapun yang terjadi sama najop sekarang najop jgn berenti doa.. allah selalu ad sama najop,, yakin be dan percaya najop pasti biso ngelewatinya.. kami semua disini doain najop semoga najop bisa kembali pulang dan berkumpul sama kami disini,, amin


aku tahu tuhan selalu bersamamu naj.. dan aku tau kau baik2 saja.. kami akan sangat senang jika dirimu segera pulang kerumah.. :)


Handphone sang kakak kembali berdering, Nazopa yang akrab dipanggil Najop itu mengirimkannya pesan singkat lagi.
"Aku di cengkareng, keluarga disini baik, kalian tenang saja, aku nyaman disini dan aku belum ingin pulang" , kakaknya segera membalas pesan singkat itu. "Sedang apa kmu disana sayang? kembalilah, ibu dan semua orang disini sudah sangat khawatir, pulanglah Najop.."


"Jangan khawatir, aku tidak apa-apa. hehehe"

"pulanglah, kakak mohon, berita tentangmu disini sudah sangat meluas, kamu sudah masuk koran dan berbagai pemberitaan lainnya, pulanglah.."
"Kenapa seperti itu? aku tidak diculik. Keluarga disini baik. Sangat baik"
"Apapun yang terjadi padamu disana, kakak mohon pulanglah dulu, kami merindukanmu"
"Baiklah, aku pulang, tolong kirimkan uang agar aku dapat segera pulang, aku akan naik pesawat dengan penerbangan sore ini"


Nazopa, perempuan berkulit putih itu pulang sore ini, kabar tentangnya sudah sangat meluas. para Wartawan pun sudah berkumpul memenuhi setiap sudut bandara Internasional Sultan Mahmud Badarudin II. Keluarga beserta beberapa dosen terdekatnyapun telah tiba di Bandara. Semuanya menanti dengan cemas. Rasa penasaran itu mengaduh di semua hati yang  berharap Nazopa kembali.

Dia kembali, dan dia baik-baik saja...

Dia duduk diantara teman-teman dan keluarganya, berusaha terlihat kuat namun air muka nya tak menunjukan apa yang dia diharapkan. 

"Aku, aku gak diculik.." katanya terbata, sesak di dadanya tampak belum juga hilang. Dia berusaha untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

***
Nazopa berjalan menjauhi perpustakaan, terus melangkah tanpa arah dengan berbagai permasalahan yang berkecamuk di pikirannya. Dengan kelelahan yang tak biasa. Dengan hati yang resah tak menentu. Sampai pada ujung langkahnya, dia berdiri tegak di tengah-tengah kerumunan orang dengan berbagai aktivitas mereka di terminal sore itu. 
Dia hanya sedang tak ingin memikirkan apapun. Masalahnya, skripsinya, terlebih dia harus menampung permasalahan-permasalahan orang lain yang bercerita padanya. Tetapi dia tidak dapat berbagi, mulutnya terkunci, dia bukanlah seorang dengan tipe pembicara. Dia hanyalah salah satu pendiam yang memendam apapun seorang diri.

handphone-nya berdering, ada pesan singkat dari teman kampusnya. "Jop, besok kita ngadep Pembimbing jangan lupa bawa berkasmu"
Ini bukan hal yang dia inginkan, masalahnya bertambah satu lagi. Kali ini dia benar-benar ingin pergi. Sampai beberapa menit kemudian sebuah travel tujuan pagaralam-jakarta  berhenti tepat di depannya. 
Dimatikannya handphone dan dia dengan segera menaiki travel tersebut tanpa menoleh dan tanpa berfikir apa yang dilakukannya itu. Yang dia tau hanya, dia butuh ketenangan dan dia harus pergi.
Dia duduk diantara suami istri yang sudah cukup tua. Mereka sangat baik dan perhatian, dia merasa sangat nyaman dengan perjalanan ini. Dia lupa akan permasalahannya, tetapi dia juga lupa terhadap orang-orang yang senantiasa mengkhawatirkannya.

Travel yang ditumpanginya berhenti di sebuah rumah makan besar pagi ini, Nazopa teringat akan handphone nya yang kemarin sengaja dia matikan. Dipandanginya handphone itu selama beberapa menit, kemudian di tekannya tombol merah agak lama. Begitu banyak pesan yang masuk, pikirannya kembali mengeruh. Sakit yang tak tertahankan, sehingga kemudian dia kembali menonaktifkan handphonenya.

Sore itu, dia sampai dipemberhentian terakhir travel yang dinaikinya. Dia bingung akan  kemana dan apa yang akan dia lakukan di tempat yang baru pertama kali dia datangi ini.
Dia sibuk memperhatikan orang-orang disekitarnya yang sedang melakukan ativitas mereka masing-masing. Pandangannya berujung pada seorang ibu-ibu yang sedang menyemir sepatu pelanggannya di pinggir sebuah toko. Ibu itu kembali menatapnya.
"Sedang apa nak? dari mana?" tanya ibu itu.
"Saya sedang mencari pekerjaan" jawabnya. Ibu tua tersebut memperhatikannya secara seksama. Nazopa tak membawa apapun selain tas bahu di lengannya saat ini. 
"Ini pasar nak, apa yang kau cari?" tanya ibu itu lagi. Nazopa tak menjawab. Ibu itu menghentikan pekerjaannya. Dia simpan peralatannya di kotak yang biasa dia bawa kemanapun dia bekerja. Kemudian, dia membawa Nazopa pulang kerumahnya.


Di rumah petak berukuran 4 x 4 itu Nazopa beristirahat. Berdinding bilik, beralaskan semen dingin dan terdapat satu meja kayu disudut ruangan, diatasnya berdiri gelas plastik berwarna hijau dan satu buah teko yang jelas terlihat sudah lama sekali. Di atap yang tak terlalu tinggi itu terdapat satu kipas angin yang telah usang namun tetap dipergunakan. Terdapat pula satu tempat tidur terbuat dari papan, tanpa alas.
Dia diperkenalkan dengan keluarga sederhana ini, 
Seorang ibu, bapak dan 2 orang anak yang masih belia. Hatinya tersentuh melihat keluarga ini. Karena adanya dia, kepala keluarga itu terpaksa tidur di lantai berbahan semen dingin itu. Dengan adanya Nazopa, keluarga itu harus berbagi seteguk air di gelas yang sama. Bunyi kipas angin itu, debunya yang berjatuhan ketika dihidupkan, membayang-bayangi pikiran Nazopa saat itu. Dia sepenuhnya sadar, apa yang dilakukannya saat ini, pergi tanpa pamit adalah salah. Masalah bukanlah alasan, karena ini semua membuka matanya, bahwa masalah yang dihadapinya adalah tidak seberapa. Banyak orang-orang lain yang harus menanggung permasalahan-permasalahan pelik yang tak kunjung selesai, bahkan yang telah mereka alami sejak lama. Masalahnya tak seberapa dibandingkan permasalahan kehidupan orang lain yang berada disekelilingnya saat ini. Ya, tidak seberapa.


Pagi-pagi sekali Nazopa bangun, ditemani Ani, seorang anak perempuan  berumur 7 tahun yang merupakan anak dari si pemilik rumah. Dengan polosnya dia berkata "Kak Najop, gak usah pulang ya.. temenin Ani aja disini, nanti kita ngutang kipas angin sama Pak Ramli supaya kakak nggak kepanasan." Hati Nazopa remuk mendengar kata-kata itu, sakit sekali. Dia terdiam dan pipinya basah, airmatanya jatuh tak tertahan lagi. 


Keluarga sederhana ini, tetap tersenyum disaat dunia tak tersenyum pada mereka.
Keluarga sederhana ini tetap bertahan disaat kabut-kabut kehidupan tak bersahabat dengan mereka.
Dan keluarga sederhana ini tetap ingin berbagi kebahagiaan, tetap ingin mengurangi beban orang lain disaat hidup mereka masih saja sulit. 




Disanalah Nazopa tersadar. 
Memiliki berbagai masalah bukan berarti melupakan untuk berbagi. Semua persoalan di dunia ini miliki penyelesaian. Ada titik dimana pembelajaran melekat untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dikemudian hari. Memiliki permasalahan yang pelik, bukan berarti tidak dapat tetap membantu oranglain. Karena apa yang kita pandang sulit, adalah sesuatu yang tidak begitu sulit bagi orang lain yang merasakan kesulitan yang lebih sulit lagi. Ada langit di atas langit. Mensyukuri hidup adalah yang seharusnya dilakukan. Menghadapi permasalahan adalah keharusan. Tidak ada hal yang tak dapat diselesaikan.

Sabtu, 13 Agustus 2011

Terimakasih Tuhan

Sesuatu yang hilang akan begitu terlihat berharga, akan begitu terlihat penting dan akan begitu terlihat dibutuhkan. Karna sesuatu itu disadari tak akan pernah kembali.. takkan pernah bisa lagi dirasakan, takkan pernah lagi bisa disentuh, hingga mengenangnya pun begitu terasa menyakitkan..
Inikah yang disebut dengan rindu?
Ternyata, rindu itu menyakitkan. Ya, begitu menyakitkan.

Ketika seseorang anak perempuan kecil kehilangan ayahnya, tersesat di ramainya suasana  Kemudian terjatuh di tengah teriknya matahari siang itu. Dia bingung, ayahnya pergi dengan pamit, namun dia sama sekali tak mengerti, "mengapa harus secepat ini" pikirnya. Suasana hatinya kacau balau. Tak lagi dia pikirkan apa yang disekelilingnya saat itu. Kenyataan yang dia ingat hanya tentang ayahnya yang pergi meninggalkannya. Rasa sakit menjalar menggerogoti dinding hati yang membuatnya kuat selama ini. Air matanya jatuh tanpa proteksi.
Bahkan dia pun tak tau apa yang mesti dia lakukan, sekuat tenaga dia mencoba berpikir, tak akan ada satupun cara untuk membuat ayah tercintanya kembali di sampingnya.
Dia berjalan dan kemudian berlari, dia tak lagi peduli jika suatu saat dia akan terjatuh lebih dalam lagi. Bahkan  pada saat itu, hal itulah yang dia inginkan. Dia ingin ikut menghilang bersama ayahnya, ayah tercintanya.

Namun suatu saat, ketika dia hendak menyebrangi sungai kecil yang dia lewati, dia bertemu dengan dua orang  anak yang berumur dua atau tiga tahun dibawah umurnya. kedua anak itu menangis, meraung memanggil ibunya. Suara mereka gemetar, sengukannya menandakan mereka telah lama menangis seperti itu. Dia menatap kedua anak tersebut, dan bertanyalah dia kemudian. "Hei, kemana ibumu?" kedua anak tersebut menjawab satu persatu "Ibuku hilang" jawab anak pertama. "Ibuku pergi" jawab anak ke dua. Dia berpaling ke arah sungai, ada dua buah ember cucian dipinggiran, terbalik. Pakaian kotor di dalamnya berhamburan keluar, dan sebagiannya menjuntai-juntai dibawa air sungai dengan arus deras sekali. Dia menyadari, Ibu kedua anak itu takkan lagi kembali. Seperti ayahnya yang hilang, seperti ayahnya yang pergi. Dia diam dalam tanyanya.  Kemudian dia pergi, pikirannya tambah kacau. Andai dia dapat menangis seluwes mereka pikirnya. Dia mempercepat langkahnya, air matanya belum juga berhenti mengalir. Matanya sembab bukan lagi. Tetapi, dia diam seketika mendapati kedua anak tersebut mengikutinya. Dia sama sekali tak ingin terlihat lemah. Kedua anak tersebut menatapnya lirih. Air mata mereka belum juga kering.
Dia berkata sedikit berteriak "Apa yang kalian lakukan? jangan mengikutiku!"
Salah satu dari mereka menjawab "Kami butuh ibu kami. Kami tak tau hendak kemana.."
"Aku tak bisa menuntun kalian, pergilah" Jawabnya. Kedua anak itu membisu. Air mata mereka kembali mengalir.
Dia mengerti, bahkan sangat mengerti apa yang mereka rasakan. Tapi apa yang bisa dia lakukan? Dia merasa sama-sama lemah. Sama-sama rapuh. Sama-sama tak tahu arah. Dia bisa apa? Untuk menuju kemana pun dia tak tau. Dia menghela nafasnya dan berkata lagi "Ibu kalian takkan kembali, takkan pernah kembali. Kalian harus tau, tak ada satupun hal yang dapat kita pertahankan di dunia ini. Karna semuanya bukan milik kita. Kalian harus sadar, bahwa suatu saat kehilangan itu adalah salah satu hal yang harus kalian hadapi. Ingat, berjalanlah dengan kakimu, tentukan arah dengan hatimu,  dan yakinkan dirimu bahwa bisa berjalan, berlari dan menghadapi dunia ini. Ibu kalian akan tetap bersama kalian, menuntun kalian hingga ujung jalan, ingatlah ia di hatimu! Dan sekarang pergilah tanpa aku.." Begitu sulit batinnya mengatakan kalimat-kalimat tersebut. Begitu naif nya menjadi dia yang mengatakan hal yang seharusnya dia pahami sendiri. Namun usahanya berhasil, kedua anak tersebut tersenyum, kemudian berkata seraya berbalik "Terimakasih, kami percaya ibu kami masih disini" mereka berjalan semakin menjauh.

Dia berhasil membuat mereka tersenyum. Dia berhasil membuat mereka berdiri sendiri. Dia berhasil membuat mereka berani menghadapi kenyataan. Tetapi untuk dirinya sendiri, dia gagal.

Dia melanjutkan perjalanannya..
Sudah begitu sering dia terjatuh, sudah banyak pula yang dia temui. Dia lelah, sangat lelah. Kemudian dia melihat sebuah rumah pohon yang tak berpenghuni, dia menaiki pohon tersebut dan tidur pulas di dalam rumah itu. Dia merasakan bebannya berkurang dan menghilang. Dinikmatinya waktunya. Berbaring di dinginnya kayu yang menyusun rapi tempat tidurnya. Dia merasa dilindungi. Tak lama kemudian dia bangun, dia merasa hangat, ada selimut menutupi tubuhnya. Tersedia pula sup dan susu coklat hangat disamping tempat dimana dia tidur.
"Siapa yang menyiapkan semua ini untukku?" tanyanya dalam hati. Dia melihat sekelilingnya, dia mendengar ada suara kayu yg sedang dihantam benda tajam sepertinya. Suara ini mengingatkannya pada ayahnya.  Suara itu yang selalu ada di setiap paginya ketika ayahnya masih ada. Ayah yang selalu bekerja keras untuk menghidupinya. Ayah yang tak kenal lelah memberikan senyum semangatnya ketika dia bangun dari tidurnya.
Rasa penasarannya memuncak, dia bingung. Dia keluar dari rumah, dan mendapati seorang wanita yang sedang memotong-motong kayu menjadi beberapa bagian. Wanita itu tampak lelah, sesekali dia mengusap keringat di dahinya, tidak dapat tertutupi ketulusan darinya. Dia tetap tersenyum. Manis, manis sekali walaupun wajahnya terlihat lebih tua dari umurnya. 
Dia mendekati wanita tersebut, hingga jarak keduanya tidak lebih dari dua meter. Air matanya turun lagi.
"Ibu..." Panggilnya. 

Selama ini dia buta akan permasalahan yang dia hadapi, yang dia lihat hanya sisi negatif dan pikirannya terfokus pada hal yang terjadi pada saat itu saja. Pada saat ayahnya meninggal dunia. Dia tidak melihat sisi lain dari permasalahan itu, dia terbelenggu oleh perasaannya sendiri. Dia menyadari bahwa dia sudah terjatuh terlalu lama, dia lupa akan sosok indah lain yang selalu ada bersamanya. Ibunya, ibu tercintanya yang selalu hadir ketika dia membutuhkan. Selalu bersedia menjadi tempat berpegangan dan Ibunya yang selalu kuat menghadapi cobaan yang mereka hadapi. Dia sadar bahwa dia masih memiliki seorang ibu yang harus dia jaga sebaik-baiknya, yang harus dia sayangi dan hormati sebagaimana perannya yang amat sangat penting dalam hidupnya. Bahkan saat ini, beban ibunya semakin berat, memikul dua kewajiban sebagai orangtua. Sebagai seorang Ibu yang berperan sebagai penghangat keluarga, pengasuh terhormat bagi anaknya, sekaligus menjadi seorang ayah yang berkewajiban mencari nafkah, melindungi dan mengayomi keluarga. Sungguh bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, kecuali oleh ibu yang kuat dan hebat seperti Ibunya. Dia beruntung telah bangun dari 'koma'nya selama ini. Dia bersyukur, hatinya telah terbuka. Dia mengetahui seutuhnya, bahwa Tuhan memiliki sesuatu yang indah dibalik rasa pahit yang diberikan-Nya. 
Dia bersyukur, Ayahnya pergi dengan jalan yang baik dan meninggalkan suatu kesan yang baik dihatinya setelah selama ini diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk bersamanya walau dengan waktu tak selama yang dia bayangkan.
Dia bersyukur, memiliki seorang Ibu hebat, yang kuat menjadi tempatnya bersandar. Ibu yang pantas menerima penghormatan tertinggi darinya. Ibu sang pelita hati yang melahirkannya dengan kasih sayang yang tak terhitung jumlahnya.
Dia bersyukur, menjadi bagian keluarga kecil yang indah, menjadi anak dari ayah dan ibunya. Dan dipilih Tuhan untuk mengalami proses pembelajaran yang tak semua orang mengalaminya seperti ini.
Karena dia yakin, sangat yakin bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik dan memberikan hal terindah di ujung jalan nanti ketika dia telah melaluinya dengan baik.
"Terimakasih Tuhan.."

Yang pergi, memang mungkin takkan pernah kembali, namun kepergiannya adalah yang terbaik.
Karena selalu ada jalan baru yang memiliki gudang pelajaran, hikmah dan keindahan yang belum tentu dapat dinikmati bagi mereka yang tidak mengalami bagaimana rasanya ditinggalkan. 

Minggu, 07 Agustus 2011

Is It What They Feel?

Mulanya, gak pernah kepikir bisa ketemu seseorang baru di waktu singkat. Apalagi mengenalnya lebih jauh sampai akhirnya gue ngerasa deket. Yang pertama kali terungkap sebenarnya adalah perasaan nyaman yang sungguh tak sering ada sebelumnya. Perasaan nyaman yang benar-benar telah lama diharapkan perbedaannya. 

Selama ini gue bertanya-tanya, kok bisa sih orang dapet feel yang klop banget sama diri mereka, sedangkan gue belum juga nemuin itu. Kakak sepupu gue pernah bilang "Suatu saat nanti lo bakalan ngerasain gimana rasanya milikin seseorang yang elo banget. Yang bener-bener 'klik' sama hati dan jiwa lo" #seeh.. bahasanya kan . hha. Tapi dengan 'hadirnya' kalimat itu gue jadi sering mikir waktu itu "Beruntung banget mereka yang udah nemuin orang yg mereka sebut 'elo banget' tadi. Kok gue belum?" Rasa khawatir juga selalu jadi alasan gue gak bisa tidur (baca : galau) hha. Kadang juga iri liat mereka diapelin pas malem minggu, sedangkan gue tidur-tiduran maen hape. #Miris. Selama ini yang gue temuin adalah orang-orang dengan berbagai alasan mereka (yang gue gak pernah tau) bisanya dateng dan pergi disaat gue nunjukin kalo gue butuh bukti. Bukan omongan aja yang terlihat sangat mudah mereka keluarkan dari mulut mereka. Gue cuma gak mau kejadian yang sama terus berulang-ulang. Dan ternyata keputusan gue untuk bilang "tidak" itu memang keputusan yang bener. Dan juga, pada akhirnya mereka yang nyesel, udah gak tegas sama diri mereka sendiridan itu terjadi disaat gue udah gak peduli. Yes, resiko!
*Nah looooh apaan yg gue bahas nih sebenernya -____-

Oke, kembali ke rasa nyaman yang mau gue bahas tadi, #halah
Gue gak tau, ini perasaan nyaman yang mereka maksud atau bukan. Karna yang gue tau, semua orang yang datang selalu memberikan sesuatu yang manis diawal. Semuanya terlihat sempurna namun pada akhirnya selalu sama, mengecewakan. Itulah sebenarnya alasan gue gak pernah mau ngambil second change dari mereka. Karna gue rasa, kesempatan itu bakalan sia-sia, hasilnya gak akan berubah. Yah,begitu. Itu sih yang ada dipikiran gue. Gak setuju? up to you.. haha.

Gue sebenernya gak tau spesifiknya perasaan yang mereka rasain itu seperti apa. Tapi entah kenapa gue pengen banget punya rasa itu. (gak jelas ya?hha). Entah ah gue juga gak ngerti. Mungkin emang cuma waktu yang bisa ngasih kejelasan ke gue, ngasih kepastian ke gue. Untuk akhirnya gue ngerasain feeling itu. Perasaan dimana bahagia bisa jadi sedih. Perasaan sedih bisa jadi bahagia. Perasaan dimana keyakinan itu gue dapet. Dan dimana gue bisa dapetin dia yang "gue banget" kata mereka.

Temen gue juga pernah bilang ketika gue ceritain tentang orang-orang yang udah nemuin si "elo banget"
 itu. Dia bilang gini "Mereka itu udah nemuin karena memang saat itulah waktu mereka. Sedangkan elo atau siapapun yang belum nemuin, itu berarti ya memang belum waktunya. Yakinlah, Tuhan pasti ngasih orang yang tepat di waktu yang tepat. Lo lagi di rebus buat terus belajar untuk jadi lebih kuat" Yah, karena kalimat itu gue sadar. 
Sampe bosen gue nunggu dan nebak-nebak perasaan nyaman ini bener atau enggak. Gue gak bakalan nemuin jawabannya sampe gue bener-bener nemuin waktunya. 

Jadi, sekarang mendingan gue positive thinking  dan tetep percaya bahwa Tuhan udah nyiapin orang baik untuk orang yang baik.  
:)


*akhirnya tulisan ga penting ini rampung jg. hha :p*

Sabtu, 02 April 2011

Tentang aku dari sahabatku :')

INE MEIRINDA ~ Inem
21 Mei 1991


Pertama kali ketemu Inem?? JUDES!! Bisanya merinta-merintah, berasa dia yang paling kuasa. Setiap kali gw mau sekelompok sama kelompok lain, kalo ada tugas kelompok gw slalu ditahan supaya gw tetep sekelompok sama dia. Berasa gw budaknya dia aja. Masih mending kalo gw diperlakukan spesial satu kelompok sama dia teh, yang ada justru gw disuruh nyatet mulu (haha, antagonis banget lo, Nem!!).
Seiring dengan berjalannya waktu, kedekatan kita ngalir gitu aja. Alasan spesifiknya? Gw juga gak ngerti. Mungkin karena Inem hobi banget curhat (cerita) dan gw satu-satunya orang yang mau dengerin, haha!! Gak ada alasan khusus c, kenapa kita bisa deket. Tapi yang jelas asik aja gitu kalo bareng dia. Kita slalu nyambung kalo ngobrol. Inem yang pecicilan dan gw yang nyantai, seolah saling melengkapi banyak hal yang lebih enak diobrolin ma Inem dibanding sama anak-anak yang lainnya.
Mungkin kedekatan gw dan Inem hampir sama kaya kedekatan gw dan Nna. Cuma bedanya kalo sama Nna lebih berat, sedangkan sama Inem lebih ringan (maksudnya obrolannya, ya!). Sebenernya gw sama Inem sama-sama suka bercerita. Cuma kalo diposisi gw dan Inem yang jadi pendengarnya itu gw, sedangkan kalo diposisi gw dan Nna, pendengarnya Nna.
Dan yang paling gw suka dari Inem dia selalu bisa mengawali pembicaraan kalo lagi bareng anak-anak dan berikutnya gw yang akan menghidupkan suasana, haha!! Lihatlah, betapa kompaknya kami..!!! Sering banget Inem bilang, “jujur-jujuran, yuk!!”. Sampe akhirnya sering banget kita ngobrolin ‘pembicaraan berat’. Hoho, ingatkah kau dengan istilahmu itu, Nem?
Saking deketnya gw sama Inem, gw sama Nna, kadang itu menjadi konflik pribadi kita bertiga. Dan benang merahnya adalah ARFAN, gakgak!! Dulu gw sama Inem nyambung banget, suka asik berdua, pahina-hina berdua, gotok-gontokkan, judes-judesan. Kadang kita bisa kayak ade-kakak, kadang juga bisa kayak musuh. Gw gak nyangka kita seasik itu, mengingat lo sekarang udah kayak orang lain buat gw. Gw kangen lo, Nem..
Karena saking kaku dan seriusnya gw, kadang gw suka belajar gimana caranya luwes dari Inem. Oia, gw inget sekarang! Yang bikin kita deket tuh, OBIE!! (inget lo, Nem?). Hal yang gak akan gw lupain tentang c Inem, DIA TELAH MENODAIKU!!! (lo inget tentang kejadian yang di kamar mandi Putri itu?). Haha, mun diinget-ingetdeui, jadi hayang seuri!
Waktu dia harus ke Palembang, betapa dilemanya dia. Banyak hal yang dia takutin, termasuk gak punya temen yang kedekatannya kayak RiTar. Di satu sisi, gw bersyukur dia terlihat nyaman dan nemuin kehidupannya yang di sana, tapi gw gak pernah nyangka sekarang lo jauh untuk dijangkau. Entah ini emang keinginan dia atau apakah karena dia benar-benar sangat nyaman dengan hidupnya saat ini. Kadang gw seneng kalo liat foto-fotonya dia yang sekarang, tapi kadang gw juga ngerasa cemburu, tapi ya sudahlah, semoga dia bahagia.
Inem yang dulu pecicilan, anak kecil yang kadang terlihat dewasa. Inem yang selalu berusaha terlihat dewasa dan feminim (jatohnya jadi jaim, hehe!). Inem yang slalu ngajak jujur-jujuran, yang sangat mengasikkan dalam segala suasana, sekarang entah kemana. Sayangnya bukan gw doang yang ngerasa gitu. Gw yakin, anak-anak juga ngerasain hal yang sama. Kalo Hera, Nna, Ilvie yang terkesan ‘menghilang’ dari kita, itu udah gak aneh lagi buat kita. Tapi lo?? Bukankah lo slalu sepihak ma kita, terlebih ma gw?
Tapi perubahan apapun itu, gak ada yang bisa menolak. Mungkin itu semua salah satu bentuk pendewasaan kita masing-masing. Gak ada yang harus disalahkan dan menyalahkan. Gw slalu yakin akan selalu ada ruang untuk RiTar yang tak akan pernah terisi oleh apapun atau siapapun. Karena seperti apa yang pernah gw bilang, RiTar itu layaknya salah satu PUZZLE dalam hati dan hidup kita masing-masing, gw khususnya.
Dan Inem yang selalu ada dalam bayangan gw di masa yang akan datang adalah Inem yang layaknya wanita karier yang selalu gw harepin terjadi juga pada diri gw sendiri. Bedanya kalo gw lebih maskulin, sedangkan dia lebih feminim. Itulah yang selalu bertolak belakang dari pribadi gw dan Inem. Dia pecicilan dan gw santai. Dy pembicara dan gw pendengar. Dy pencetus dan gw pelaksana. Dia feminim dan gw maskulin. Tapi justru perbedaan itu yang bikin gw ngerasa nyatu sama dia.
Nem, gw slalu berharap lo meneruskan hidup lo di Bandung setelah lulus kuliah. Kita buat RiTar seperti dulu lagi. Kita tarik mereka yang udah pada melenceng dari tempat biasa kita berdiri berbarengan. Gw gak sanggup mempertahankan ini sendiri. Gw tahu anak-anak juga menginginkan hal yang sama. Cuma seperti yang lo tau, harus selalu ada yang mendahului, bukan? Lo ngerasa gak, selama ini kita selalu berusaha menggebrak itu semua?
Dan gw slalu berharap kita bener-bener jadi rekanan bisnis!!U know, café dan perpus, distro or butik, dan warnet?? Hoho, hayalan-hayalan kita jaman dulu!! Di café, dengan tampilan blazer (layaknya wanita karier), sambil minum coffe or something like that, dan kita membahas bisnis kita!! Oh, Tuhan!! Itulah satu-satunya mimpi yang masih bersisa dalam benak gw!!! Semoga terlaksana, amin..!!!




Ini catetan yg di buat salah satu sahabat terdekat gue SMA "BETY NURMASARI", 



Dengan ini gue menyadari, betapa berharganya gue bagi dia dan mereka, dan betapa berartinya dia dan mereka bagi gue...
Thanks a lot guys..
Miss u so bad!!!

Ajaibnya Lagu

In  fact , kalau saya lagi ngerjain tugas, lagi di kamar mandi, browsing internet, pas mau tidur, apapun kerjaannya enaknya sambil dengerin lagu. hehe.

"Dunia tanpa lagu bagai sayur tanpa garam" mungkin itu bisa jadi pengandaian yang sangat mewakili keberadaan lagu di dunia ini.
Perasaan yang sedang dalam kondisi apapun, sepertinya membutuhkan hasil karya bernada yang merupakan salah satu media yang dapat menyalurkan isi hati secara tidak langsung bagi pendengarnya ini, terlebih lagi bila lirik lagunya mendekati atau sama persis dengan apa yang mereka alami. Si pendengar dapat melahirkan berbagai ekspresi seperti tersenyum sendiri atau malah menangis sesenggukan karna mendengar lagu yang memiliki bius emosional bagi mereka. Apasih sebenenya yang bikin lagu-lagu itu sukses bikin si pendengarnya berekspresi layaknya pemeran drama musical ini? ya, "kenangan" itulah yang 'menghantui' mereka sebenarnya .

"Lagunya bikin aku senyum-senyum sendiri.."

Dengerin lagu yang bikin inget sama seseorang yang sudah mempersembahkan lagu itu buat kita memang nyenengin, gak aneh kalau banyak tingkah yang lain dari biasanya. Lagu-lagu itu seakan  jadi bukti nyata yang mewakili perasaan kita. Kadang sampe berasa gak waras kalo udah kelewat seneng karena satu kejadian yang kemudian bikin senyum-senyum sendiri, ngakak sendiri, semuanya jadi seindah musim semi deh rasanya.  Gak peduli di luar sana ujan gledek atau badai salju hati tetep anget sama cerita yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Orang lain yang nanya kenapa juga malah dijawab pake senyum aja saking gak pengen waktunya untuk nge-replay kejadian itu di otaknya keganggu. Hahaha, apapun bisa terjadi dan kali ini lagu-lagu itulah yang menjadi narativenya.

"Lagu-lagu itu mengantarkanku tidur dengan pipi yang basah..."

Kalau lagi sedih, biasanya pengen menyendiri, merenung, nangis dan berharap ditemenin seseorang yang paling kita sayang. Apalagi nih, kalo abis putus dari pacar biasanya dari hari kejadian (cie bahasanya) sampe H+2 tuh beraaatt bangett rasanya, air mata bocor gak tau tempat, pulang ke rumah cemberut, langsung masuk kamar dan gak ada mood bagus sama sekali. Bener-bener sedih tak berujung. 
Udah di kamar, peluk guling, ngeliatin hape (gak ada sms ato misscall : tambah bad mood) dan akhirnya ngidupin mp3 player deh supaya gak sepi-sepi amat. Eh.. taunya playlist yang ada melow semua. Bukannya terhibur, lagu-lagu ini malah mengantarkan ingatan ke masa lalu "Dulu gini.. sekarang gak lagi.. Dulu gitu.. sekarang gak lagi.." wah... nangis lagi deh ujung-ujungnya. Lirik-lirik itu sibuk menari-nari di kepala si empunya cerita. Belum lagi, kalau denger lagu-lagu kenangan waktu masih sama si pacar. Remuk banget tuh hati rasanya, bilang "gak mau denger lagu ini lagi" tapi tetep aja penasaran pengen denger. Ujung-ujungnya bisa ditebak, perasaan tambah galau, dan... nangis lagi!
Menangis hingga lelah sampai akhirnya tertidur..

Ahaa... Ada.. ceritaa tentang akuu dan diaaa ... :D


Hmm.. itu hanya dua contoh dari berjuta cerita yang dapat tercipta dari sebuah lagu. Lagu menyimpan kenangan di memory tiap pribadi. Cerita yang hanya mereka yang tau, dan hanya mereka yang mengerti detail dan sense nya seperti apa. Lagu-lagu itu akan selalu bersejarah sampai kapanpun adanya. Sampai suatu saat nanti lagu itu terputar kembali seperti rekaman video yang bercerita dengan sendirinya.

Penuh kenangan dan penuh makna...



Ini lagu-lagu yang sukses buat cerita tersendiri di hidup saya :
*tak hanya karna dipersembahkan, sebagai bahan pembicaraan saja sudah cukup untuk berbekas di sebagian tempat yg ada di hati saya.

1. Dygta              : Kesepian

2. James blunt       : You are beautiful

3. Boys like girls   : Thunder

4. Five minutes      :Sumpah mati

5. Bruno mars       : Just the way you are


Thanks for all, unforgetable things! 


Rabu, 23 Maret 2011

Terimakasih Coklat :)

 Hmm... :)


Coklat, siapa sih yang nggak tau dengan makanan satu ini . Dunia ini rasanya sudah sangat familiar dengan keberadaannya. Bahkan berbagai paham pun muncul dari makanan yang berasal dari biji kakao ini. Contohnya saja anggapan bahwa pemberian coklat dari seseorang itu berarti tanda sayang, simpati, atau ucapan terimakasih. Keberadaannya pun bukan hanya sekedar sebagai buah tangan atau sebuah pemberian dari seseorang ke orang lainnya. Coklat bahkan dikenal dengan khasiatnya yang 'katanya' dapat menyembuhkan atau meringankan beberapa penyakit seperti membantu menurunkan tekanan darah, sebagai antioksidan dengan fenol dan flavonoid yang terkandung di dalamnya dan lain sebagainya. Dengan berbagai  jenis dan rasa yang disukai penikmat cemilan dimanapun berada. 


Aku suka coklat..

Tapi, apapun fakta tentang coklat yang beredar di luar sana, sebenarnya bukan itu yang aku sukai dari cemilan manis ini. Ajaibnya coklat dapat menyembuhkanku segera dari penyakit bad mood yang sering hinggap tiba-tiba. Hehe. Dan faktanya, coklat memang dapat memperbaiki mood dengan kandungan theobromine, phenylethylamine dan zat-zat lainnya yang akan merangsang aktifnya serotin di otak sehingga terciptanya perasaan nyaman dan menyenangkan. Itulah yang membuatku menyukai coklat, bahkan aku bukan hanya suka, namun juga membutuhkannya. 


Coklat memang menjadi teman andalan ketika semangatku luntur.



Apapun jenisnya, tak ada yang tak kusukai. Mulai dari dark chocolate dengan sensasi rasanya yang agak pahit, white chocolate dengan campuran vanilla yang khas, ataupun berdasarkan bentuknya seperti coklat batangan yang manis renyah bila digigit, atau coklat cair yang selalu tampak menggiurkan. 


Aku sangat menyukai coklat.
Bahkan, coklat sudah membuatku ingat akan hadirnya cerita di balik mood ku yang berantakan pada waktu itu. 


Aku, dia dan coklat. :)


Senyuman itu, 


Sentuhan tangannya,

Sikap hangatnya,

mood-ku,

dan coklat .


Aku tak peduli pengertian orang lain mengenai coklat yang mereka kenal. 
Aku tak peduli mereka bilang coklat itu tanda sayang.

Yang aku peduli, coklat membuat moodku membaik dengan hadirkan cerita karenanya.
Ya, karenanya, ada cerita aku dan dia..

Terimakasih coklat,
Jangan bosan coretkan cerita coklat itu lagi :)

Senin, 21 Maret 2011

aku dan hujan


Hujan..

Begitu aku menyukainya dalam keadaan apapun..

Bukan hanya satu alasanku menyukai butiran air yang turun di atas kepalaku itu,

Sentuhan cairnya yang lembut dan sejuk, menenangkan . Membuatku lupa akan penat sehari semalam..





Nyaman ketika aku pejamkan kedua mata yang lelah akan dunia yang
semakin tak ramah, yang menjejali hati yang kian kalut akan persoalan.
Suaranya yang membuatku tenggelam jauh lebih mendasar dengan buaian kenangan yang berkarat terpeluk waktu.
Aku ingat semuanya, bagian yang selalu tersusun dan hubungannya dengan hujan.





Aku suka hujan..

Hanya keindahan di dalamnya. walau aku tau, kenangan tentang hujan tak selamanya indah. Tak selamanya menyenangkan. Tak selamanya membuatku tersenyum.
Namun aku tetap menyukai hujan..

Karnanya memberikan arti yang indah dengan cara yang tak indah, memberikan sesuatu yang menyenangkan dengan cara yang tidak menyenangkan, namun pada akhirnya hujan akan selalu indah dan menyenangkan bagiku..


Aku suka hujan..

Air, yang turun itu, berikan petuah yang amat berarti, banyak hal yang harus ku syukuri..
bagaikan hujan yang datang menghapus kegersangan, menghijaukan pepohonan,
melepaskan dahaga, tanpa meminta kembali airnya, dia datang untuk membahagiakan, berbagi dan tersenyum untuk orang lain,
dan seperti itulah seharusnya aku ..

Aku suka hujan..

Hujan itu berkah, ya berkah yang membuatku mengerti..


Aku suka hujan....




Satu ayat tentang hujan :)

"Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (Ar-Ruum, 48)

Kamis, 17 Maret 2011

Thanks a lot to Allah :)

Allah.. it is UR Power.

The reason why, i still live here

The reason who, to loves You much

The reason what, whatever about myself,
who loves me, and everything that make me smile and sad ..

just UR name.. after the BIG Thanks for all u gv

GOD.....


Hidup itu indah jika kita tau caranya bersyukur atas segala hal yang udah Allah kasih sama kita. GAK TERBATAS kenikmatan Allah kasih tanpa embel-embel minta balesan.
Allah maha pemurah..
Makasih ya Allah atas segala hal yang tak luput dari belaian tanganmu yang Agung..
Makasih untuk senyum yang mengembang di hari-hari kami yang penuh dengan berkah Mu..

with UR air..

with UR water..

with UR grass..

with UR soil..

with UR bright..

with URs..

with Allah we life .

and with Allah we life to die...

*just remember that, before u keep ur straight..